Sabtu, 26 November 2011

OLIGOHIDRAMNION


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai melalui cairan amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah epithelium amniotik. Epitel amniotik ini mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein non kolagen ( laminin , nidogen dan fibronectin ) dari membrane basalis, lapisan amnion disebelahnya.
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan amnion. Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia janin sebagai akibat dari kompresi taki pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain itu, lintasan mekonium janin ke dalam volume cairan amnion yang tereduksi menghasilakan suatu suspensi tebal dan penuh pertikel yang dapat menyebabkan ganguan pernapasan janin.
Oligohidramnion perlu digolongkan sesuai dengan etiologinya. Oligohidramnion berhubungan dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim dan pada 60 persen kasus. Bila dihungakan dengan bukti ultrasonic keterbelakangan pertumbuhan asimetrik, gangue janin sangat mungkin terjadi, kasus-kasus itu yang diakibatkan oleh ruptura membaran janin yang spontan mungkin tidak berhubungan dengan gangguan janin sebelumnya. Oligohidramnion mungkin terjadi sebagai akibat tekanan janin in utero ; sekresi hormone penekan janin (katekolamin, vasopressin) dapat menghambat resopsi cairan paru-paru lewat penelanan oleh janin. Akhirnya, terdapat kasus yang berhubungan dengan berbagai Janis cacat janin, misalnya sindroma Potter (agenesis ginjal), yang butuh pemeriksaan ultarsonik dan genetic secara rinci.
1.2        Tujuan
Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah Askeb V Patologi
selain itu juga agar para pembaca mengetahui dengan jelas bagaimanakah jenis-jenis
kelaianan yang terjadi  pada oligohidramnion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Defenisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu.

2.2        Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis.
Fetal
Maternal
Chromosomal abnormalities
Uteroplacental insufficiency
Congenital anomalies
Hypertension
Growth restriction
Preeclampsia
Postterm pregnancy
Diabetes
Ruptured membranes

Placenta

Abruptio placenta


2.3        Gambaran Klinis
·         Perut ibu kelihatan kurang membuncit
·         Denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas
·         Ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak
·         Persalinan lebih lama dari biasanya
·         Sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali
·         Bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
2.4        Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
-     Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
-     Tidak terbentuk air kemih
-     Gawat pernafasan,




2.5        Prognosis
Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila terjadi kehamilan muda akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi foetus papyreceous, yaitu picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi cacat bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering. Selain itu, dapat mengakibatkan kelainan musculoskeletal (sistem otot).
Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin yang kurang dari 24 minggu dapat mengakibatkan terjadinya hipoplasia paru-paru. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
  • Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-paru terhambat
  • Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru
  • Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan paru-paru

2.6        Akibat Oligohidramnion
1.      Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2.      Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).



2.7        Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC karena :
  • Index kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang
  • Deselerasi frekuensi detak jantung janin
  • Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm.



BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat secara stabil saat kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan mencapai puncaknya 1 Liter pada 34-36 minggu, yang selanjutnya berkurang. Rata-rata sekitar 800 cc pada akhir trisemester pertama sampai pada minggu ke-40. Berkurang lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu pada kehamilan 38-43 minggu.
Oligohidramnion juga dapat menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

3.2       Saran
            Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan kepada masayarakat tentang oligohidramnion.



DAFTAR PUSTAKA


Ayue, 2011. Polihidramnion Dan Oligohidramnion.http://xpressionq.blogspot.com/

Diar, 2010. Makalah Patologi.http://diar13-midyuin08.blogspot.com/

 

Free Blog Template, 2006.  umat, 15 September 2006.Kelainan Air Ketuban Oligohidramnion http://askepasbid.blogspot.com


Riyan, 2009. Oligohidramnion.http://tutorialkuliah.wordpress.com/

Sayuti, 2010. Oligohidramnion.http://Senyumperawat.Blogspot.Com/


PREEKLAMPSIA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilanyang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibatkehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Pre-eklampsia adalah salah satu ka­sus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Ke­lainan ini terjadi selama masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pa­da ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia terjadi pada 6-8% wanita hamil di Indonesia.
Preeklampsia berat adalah timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria dam atau edema pada kehamilan setelah 20 minggu. Pada kasus ini ibu dikatakan mengalami preeclampsia berat karena mengalami hipertensi, yaitu tekanan darah sebesar 160/110 mmHg dan disertai proteinuria +3. Hipertensi terjadi sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arteriole ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun yang menyebabkan retensi garam dan juga retensi air. tanda lain dari preeclampsia berat yang tidak dijumpai pada kasus ini adalah Oliguria, jumlah produksi urine < 500 cc / 24 jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin darah.
Pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria. Gangguan visus : mata berkunang-kunang karena terjadi vasospasme, edema/ablation retina. Hal ini dapat diketahui dengan oftalmoskop. Gangguan serebral : kepala pusing dan sakit kepala karenba adanya resistensi pembuluh darah dalam otak. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema atau sakit akibat perubahan pada lambung.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Defenisi
Preeklamsia adalah kelainan pada saat kehamilan dengan gejala umum yang timbul berupa tekanan darah di atas normal (hipertensi), bengkak pada kedua tungkai dan terdapat protein pada air seni. Namun terkadang, preeklamsia (keracunan kehamilan) muncul tanpa disertai keluhan.
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007).
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai Preeklampsia yang berat (geogre, 2007). Preeklampsia terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1.      Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
a.       Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam.
b.      Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pelaksanaan 6 jam.
c.       Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
d.      Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 urin keteter atau midstream.
2.      Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a.       Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b.      Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam
c.       Proteinuria lebih dari 3gr/liter
d.      Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium.
e.       Terdapat edema paru dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

2.2        Epidemiologi
Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia sekitar 3-10% (menurut Triadmojo, 2003) sedangkan di Amerika serikat dilaporkan bahwa kejadian Preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran). (menurut Dawn C Jung, 2007).
Pada primigravida frekuensi Preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, pada (tahun 2000) mendapatkan angka kejadian Preeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1413 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan Preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%).

2.3        Etiologi
Etiologi Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab Preeklampsia adalah “teori iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.
Penyakit ini dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari – ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.

2.4        Patofisiologi
Pada Preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Perubahannya pada organ-organ :
a.     Perubahan hati perdarahan yang tidak teratur terjadi rekrosis, thrombosis pada lobus hati rasanya nyerim epigastrium
b.     Retima
c.     Metabolism air dan elektrout
d.    Mata
e.     Otak, pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri.
f.      Uterus aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta.
g.     Paru-paru, kematian ibu pada preeclampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru.


2.5        Tanda dan Gejala
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
  • Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh.
  • Nyeri perut.
  • Sakit kepala yang berat.
  • Perubahan pada refleks.
  • Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
  • Ada darah pada air kencing.
  • Pusing.
  • Mual dan muntah yang berlebihan.

2.6        Diagnosis
Diagnosis Preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka Preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :    
1.      Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a.       Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
b.      Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstearm.
2.      Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a.       Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b.      Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
c.       Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d.      Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
e.       Terdapat edema paru dan sianosis
f.       Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
g.      Pertumbuhan janin terhambat.

2.7        Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.


BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil, penyakit ini ditandai dengan tekanan darah yang meninggi diikuti oleh peningkatan kadar protein dalam urine. Dan dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini menyebabkan berat badan bayi yang akan dilahirkan relative kecil, si ibu akan melahirkan secara premature.
Wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami peningkatan TD, gagal ginjal, kejang-kejang dan dapat menyebabkanm koma, atau bahkan kematian baik sebelum atau setelah melahirkan.

3.2       Saran
Makalah ini disusun agar para pembaca khususnya pada wanita hamil agar selalu memeriksakan kehamilannya, kepada tenaga kesehatan.




DAFTAR PUSTAKA

Evariny A., 2010. Hati-Hati Pre-Eklampsia.http://www.hypno-birthing.web.id/?p=628
Faelaema, 2009. Preeklamsia. http://keluargakecilbahagia.wordpress.com/
Info Penyakit, 2009. Preeklampsia Dan Eklampsia Pada Kehamilan http://www.blogdokter.net/